Jumat, 12 Oktober 2012

Digital Perming, Buat Rambut Keriting Ala Bintang Korea

Korea tidak hanya membawa tren BB cream saja. Kostum, make-up sampai gaya rambut dari wanita negri gingseng itu juga banyak diidolai, seperti rambut keriting khas gadis Korea.

Para bintang Korea sebetulnya kebanyakan memiliki rambut jenis lurus, namun mereka mengubahnya menjadi keriting dan ikal. Anda pun bisa mendapatkan ikal rambut dengan jangka waktu yang cukup lama dengan teknik digital perming. Apa itu digital perming?

Digital perming merupakan keriting rambut dengan teknik digital. Tekniknya berbeda dengan pengeritingan dengan cara manual. Teknik digital melalui proses yang cukup panjang, namun hasilnya lebih maksimal dan tahan lama.

Wolipop penasaran dengan teknik digital perming tersebut. Ada beberapa salon di Jakarta yang menyediakan penataan digital perming. Salah satunya adalah di salon Kleo, Pacific Place, Jl Jendral Sudirman (kawasan SCBD).

Tahapannya adalah, pertama-tama, rambut dicuci dengan shampo. Kemudian, dioleskan krim khusus dan didiamkan selama sekitar satu jam. Krim tersebut akan membuat rambut menjadi lebih curly.

Setelahnya, rambut dicuci kembali, tapi kali ini tanpa menggunakan shampo agar 'obat' yang tadi dipulaskan ke rambut menyerap. Tahap kedua, rambut digulung dengan roll rambut kecil dan didiamkan sekitar 30 menit.

Proses pengeritingan dengan bantuan alat digital kemudian di mulai. Setelah 30 menit, rambut akan dialiri aliran listrik. Caranya dengan memasukkan seperti sebuah tali khusus yang sudah diaktifkan aliran listrik ke dalam roll rambut. Setelah kurang lebih 45 menit rambut mengalami proses digital, rambut kembali diberikan krim.

Masih dalam keadaan rambut digulung, krim pertama dipulaskan, fungsinya untuk membentuk rambut menjadi ikal. Setelah krim pertama, hair stylist memberikan krim kedua, gunanya untuk mengunci hasil keritingan rambut. Rambut kembali didiamkan sekitar 30 menit.

Setelah semua proses pengeritingan, rambut dibilas hingga bersih dan siap dikeringkan. Pengeringan rambut menggunakan hair blower khusus yang berbentuk seperti corong sehingga tidak merusak tekstur rambut, yang masih rentan. Sebelum di keringkan, rambut diberi vitamin untuk menjaga agar tidak rusak. Dan voila, hasilnya rambut seperti bintang Korea.

Digital perming di salon Kleo seharga Rp 1,2 juta. Menurut stylist, keriting rambut lebih tahan lama dibanding dengan proses pengeritingan manual, mungkin hal itulah yang membuat harga digital perming agak mahal. Tertarik?
Mau lebih irit, pakai aja wig atau Hairclip Extension.

sumber : wolipop

Jumat, 21 September 2012

Cara Merawat Wig

Berikut ini cara merawat Wig / rambut palsu :
  1. Keluarkan Wig yang tersimpan, angin-anginkan sesekali.
  2. Pegang Wig dan goyang perlahan untuk kembali mendapatkan tekstur rambut.
  3. Gunakan jemari / sisir untuk merapikan rambut
  4. Gunakan sisir sikat untuk merapikan curly / wavy hair clip anda.
  5. Simpan Wig di dalam kotak agar terhindar dari himpitan barang lain yang akan 'mematahkan' atau merusak tekstur wig.

Bagaimana menata Wig / rambut palsu?
Perlakukan Wig/rambut palsu seperti rambut anda sendiri.  Jadi jangan ragu untuk menyisir atau merubah ikal untuk mendapatkan hasil yang anda inginkan. 

Bagaimana mencuci Wig / rambut palsu?
Adalah penting untuk menjaga Wig / rambut palsu anda tetap bersih.  Berikut ini ada langkah-langkah untuk menjaga kebersihan dan keawetan hair clip anda:
  1. Siapkan baskom. Tuangkan air bersih dingin (atau hangat) lalu campurkan shampoo.
  2. CWigelup  ke dalam air shampoo sambil menggoyang-goyangkannya.  Jangan meremas Wig anda karena akan merusak tekstur rambut.
  3. Angkat Wig dan bilas dengan air bersih.
  4. Keringkan perlahan dengan handuk tapi jangan menggosok wig anda.
  5. Angin-anginkan ditempat yang teduh.  Jangan jemur dibawah panas matahari langsung.  Anda dapat menjepit layer pada jemuran baju.
  6. Ikal rambut akan kembali jika rambut sudah kering. Sikatlah perlahan. 
  7. Rambut siap digunakan lagi. Ada baiknya menyimpan rambut dalam keadaan bersih agar dapat langsung digunakan.

Sabtu, 15 September 2012

Sejarah Wig

Wig sudah banyak sekali mewarnai perjalanan hidup manusia. Rambut palsu ini telah banyak digunakan untuk berbagai kepentingan. Seperti rambut asli yang berperan sebagai mahkota, wig juga menjadi bagian yang sangat penting dalam membentuk penampilan manusia. Karena itu, wig digunakan secara luas. Saat ini bahkan ada kegunaan lain dari wig, yakni penutup aurat. Bagi umat Muslimat, rambut adalah aurat yang harus ditutup. Karen itu sebagian mereka mengenakan kerudung atau jilbab untuk menutup rambutnya. Beberapa negara rupanya kurang nyaman dengan penggunaan kerudung atau jilbab ini dan melarangnya.
Supaya tidak terkena larangan dan tetap bisa menutup aurat, sebagian Muslimat menggunakan wig sebagai penutup jilbabnya. Jadi, mereka tetap mengenakan jilbab untuk menutup rambutnya. Kemudian, jilbab itu mereka tutupi dengan wig supaya tidak melanggar larangan.
Berdasar artefak dan gambar-gambar di dinding gua, terlihat bahwa wig mulai dikenakan sejak zaman mesir kuno. Di zaman itu, wig tidak hanya dikenakan untuk menjaga penampilan, tapi juga untuk menunjukkan kelas sosial yang mengenakannya. Makin tinggi status sosialnya, maka makin mahal pula wig yang dikenakannya.
Wig yang berharga mahal terbuat dari rambut asli manusia. Perempuan kelas bangsawan di Mesir Kuno paling suka mengenakan wig yang terbuat dari rambut panjang dan terbelah menjadi tiga, atau kerap disebut goddress.
Selain jadi simbol status sosial, saat itu wig juga punya fungsi spiritual. Masyarakat Mesir Kuno meyakini bahwa wig juga akan menjadi penghias kehidupan di alam setelah kematian. Mereka pun rela menghabiskan banyak waktu untuk merawat wig dengan minyak nabati maupun hewani. Saat pemiliknya meninggal, wignya juga ikut dikubur.
Masyarakat yang hidup di era Yunani Kuno juga sudah mengenakan wig. Situs randomhistory.com mengisahkan bahwa Kaisar Hanibal yang hidup pada 247 tahun hingga 183 tahun sebelum Masehi punya dua jenis wig. Satu jenis wig untuk memperbaiki penampilannya, dan satu lagi wig untuk mengkamuflase penampilan dalam suasana perang.
Dalam perjalanan sejarah, wig pun mengalami pasang surut. Setelah memiliki fungsi sebagai pembeda status sosial dan pemenuhan kebutuhan spiritual, di Abad Pertengahan Eropa, wig justru mengalami masa surut. Saat itu, kebanyakan kaum wanita yang menikah menutup rambutnya. Saat itulah wig menjadi kurang populer.
Seiring dengan itu, pihak gereja juga tidak menyukai keberadaan wig. Saat itu wig dianggap sebagai simbol setan. Di abad ke-15 kaum pria mulai kembali mengenakan wig untuk menutupi kebotakannya saat memasuki usia senja. Di tahun 1450 wig juga banyak digunakan untuk menutup kepala yang ditumbuhi kutil atau bisul.
Memasuki akhir abad ke-16, wig kembali naik daun. Hal ini ditandai dengan kesediaan Ratu Elizabeth untuk mengenakan wig dalam menjaga penampilannya. Pada sekitar tahun 1558, kaum perempuan Eropa mulai kembali gemar mengenakan wig. Posisi wig pun kembali menjadi penting, yakni sebagai bagian yang tak terpisahkan dari busana kaum wanita.
Perkembangan wig pun semakin positif. Memasuki abad ke-20 wig kembali dipopulerkan dalam peragaan busana bertajuk Paris Fashion Show. Saat itu, penata rambut Carita mendesain wig untuk model terkemuka Givenchy yang tampil dalam peragaan tersebut. Kemudian majalah Life menuliskan kisah wig secara panjang lebar.
sumber : http://dewimarlaina.blogspot.com